Pernah nggak sih, merasa bingung mau bikin konten apa untuk bisnis atau personal branding? Atau mungkin, udah posting tiap hari tapi hasilnya nggak maksimal? Nah, ini tandanya kamu butuh content pillar!
Content pillar adalah fondasi utama dalam strategi konten yang bikin semua postingan lebih terarah, relevan, dan konsisten. Bayangkan seperti menu di restoran favoritmu—ada kategori makanan utama yang bikin pelanggan balik lagi. Begitu juga dengan konten! Dengan pilar yang jelas, audiens jadi lebih mudah mengenali brand-mu, sementara algoritma pun makin sayang karena kontenmu tertata dengan baik.
Tapi, gimana sih cara bikin content pillar yang nggak cuma sekadar daftar topik, tapi juga bisa meningkatkan engagement dan performa SEO? Yuk, kita bahas bareng dari nol sampai mahir, supaya kontenmu nggak cuma numpang lewat, tapi juga membangun komunitas dan brand yang solid!
Bayangin kamu punya brand atau bisnis yang aktif di media sosial dan blog, tapi setiap kali bikin konten rasanya kayak mulai dari nol lagi—bingung mau posting apa, topiknya loncat-loncat, dan engagement-nya nggak stabil. Sounds familiar?
Nah, content pillar adalah solusinya! Ini bukan sekadar daftar topik, tapi lebih ke fondasi utama yang bikin strategi kontenmu lebih terstruktur, relevan, dan on brand. Ibarat pilar yang menopang sebuah bangunan, content pillar membantu kontenmu tetap kuat dan nggak gampang runtuh di tengah arus tren yang berubah-ubah.
Secara sederhana, content pillar adalah kategori atau tema utama yang jadi dasar dalam pembuatan konten. Biasanya, satu brand punya 3-5 pilar konten utama yang relevan dengan audiensnya. Misalnya, kalau kamu punya bisnis fashion, pilar kontennya bisa meliputi:
Dengan content pillar, kamu nggak cuma bikin konten asal posting, tapi membangun ekosistem konten yang saling terhubung. Audiens jadi lebih tertarik buat stay engaged, dan algoritma media sosial juga lebih gampang mengenali pola kontenmu—win-win, kan?
Tapi pertanyaannya, gimana caranya bikin content pillar yang nggak sekadar daftar tema, tapi juga bisa meningkatkan engagement dan SEO
Oke, sekarang kamu udah ngerti pentingnya content pillar buat strategi konten yang lebih terarah. Tapi… pilar konten itu ada jenisnya, lho! Nggak semua konten bisa masuk sembarang kategori. Kalau salah strategi, bisa-bisa audiens malah bingung dan engagement-nya anjlok.
Jadi, biar kontenmu nggak cuma numpang lewat di timeline, yuk kenali empat jenis utama content pillar yang paling sering dipakai oleh brand dan kreator sukses!
Orang suka belajar, tapi nggak suka diajarin dengan cara yang membosankan. Educational content ini tujuannya buat ngasih wawasan baru ke audiens dengan cara yang menarik, gampang dipahami, dan bisa langsung dipraktikkan.
Contohnya?
Kenapa penting? Karena ketika audiens merasa mereka belajar sesuatu yang berguna, mereka bakal balik lagi ke brand-mu untuk insight lainnya!
Oke, kita semua butuh jualan. Tapi kalau tiap hari isinya "Beli produk ini sekarang!", audiens bisa capek hati dan malah unfollow.
Solusinya? Bikin konten promosi yang nggak terasa seperti jualan keras. Caranya dengan fokus ke value, bukan cuma harga.
Contohnya?
Strategi ini bikin audiens merasa “Wah, produk ini beneran berguna buat gue”, bukan sekadar disuruh beli.
Serius terus, siapa yang tahan? Nah, entertainment content ini tugasnya buat mencairkan suasana dan bikin audiens tetap engaged.
Contohnya?
Intinya, kalau kontenmu bisa bikin orang ketawa, merasa relate, atau pengen share ke temennya, itu tandanya kamu sukses bikin entertainment content!
Mau punya audiens yang loyal dan merasa dekat sama brand-mu? Mulai ngobrol sama mereka!
Contohnya?
Ketika audiens diajak ngobrol, mereka bakal merasa didengar. Ini bikin engagement naik, dan mereka jadi lebih nyaman untuk trust sama brand-mu.
Sekarang kamu udah ngerti apa itu content pillar dan jenis-jenisnya. Tapi pertanyaannya, gimana cara bikin content pillar yang nggak cuma keren di teori, tapi beneran efektif dan bisa bikin kontenmu terstruktur, engaging, dan SEO-friendly?
Jangan khawatir, kita bakal bahas langkah-langkahnya satu per satu, biar strategi kontenmu nggak sekadar wacana!
Sebelum mulai bikin content pillar, kamu harus tahu dulu: Siapa sih audiens yang mau kamu target? Jangan asal bikin konten tanpa tahu siapa yang bakal baca, nonton, atau dengerin.
🔥 Caranya?
Kalau kamu bisa memahami masalah, kebutuhan, dan kebiasaan audiens, content pillar yang kamu buat pasti lebih relevan dan menarik!
Jangan jalan sendiri, lihat juga apa yang lagi tren di industri kamu dan apa yang kompetitor lakukan. Tapi ingat, bukan buat ditiru, tapi buat dirancang lebih baik!
🔥 Tools yang bisa kamu pakai:
✅ Google Trends – Buat cek tren yang lagi naik di pencarian
✅ BuzzSumo – Buat cari tahu konten paling viral di niche-mu
✅ Ahrefs / Semrush – Buat riset kata kunci yang sering dicari orang
Dengan riset ini, kamu bisa bikin content pillar yang nggak cuma menarik, tapi juga bisa tahan lama dan relevan dengan audiensmu.
Setelah tahu audiens dan tren, saatnya menentukan 3-5 kategori besar yang bakal jadi pilar kontenmu.
🔥 Caranya?
1️⃣ Pilih topik yang sesuai dengan brand-mu
→ Misal, kalau kamu punya brand skincare, content pillar-nya bisa:
2️⃣ Pastikan topiknya nggak terlalu luas atau terlalu sempit
3️⃣ Pastikan tiap pilar bisa dikembangkan jadi banyak konten
Dengan langkah ini, kontenmu bakal lebih terstruktur, relevan, dan nggak bikin bingung audiens! 💡
Kalau kamu mau content pillar-mu nggak cuma bagus di media sosial tapi juga nangkring di halaman pertama Google, kamu perlu riset kata kunci!
🔥 Caranya?
Misalnya, kalau kamu bikin pilar tentang “Edukasi Skincare”, kata kunci yang bisa digunakan:
✅ Cara memilih skincare untuk kulit berminyak
✅ Urutan skincare pagi dan malam yang benar
✅ Skincare yang aman untuk ibu hamil
Dengan strategi ini, content pillar yang kamu buat nggak cuma menarik di mata audiens, tapi juga disukai Google!
Sekarang saatnya bikin rencana eksekusi. Jangan sampai udah bikin content pillar, tapi ujung-ujungnya bingung mau posting apa!
🔥 Tips bikin content calendar:
📌 Tentukan frekuensi posting: Misal, 3x seminggu di Instagram, 1 artikel blog per minggu, dll.
📌 Buat variasi konten: Jangan cuma satu format, coba mix antara artikel, video, infografis, dan carousel
📌 Jadwalkan konten berdasarkan momen penting: Misal, skincare untuk puasa di bulan Ramadan, tips belanja hemat di Harbolnas, dsb.
Tools yang bisa bantu kamu bikin kalender konten:
✅ Trello / Notion – Buat mengorganisir ide dan jadwal konten
✅ Google Sheets – Simpel tapi efektif buat tracking konten
✅ Meta Business Suite – Untuk jadwalin postingan di Facebook & Instagram
Dengan content calendar, nggak ada lagi drama bingung posting apa tiap hari—semuanya udah tersusun rapi! 🎯
Sekarang kamu udah punya panduan lengkap buat bikin content pillar yang nggak cuma asal teori, tapi juga efektif dan siap eksekusi.
Setelah menyusun dan menjalankan strategi content pillar, langkah selanjutnya adalah mengukur efektivitasnya. Tanpa evaluasi yang jelas, sulit untuk mengetahui apakah strategi yang diterapkan berhasil atau perlu perbaikan. Berikut beberapa cara mengukur keberhasilannya.
Jika content pillar yang dibuat berbasis website atau blog, salah satu indikator utama yang perlu dipantau adalah trafik dan kinerja SEO. Beberapa metrik yang dapat digunakan untuk mengukurnya meliputi jumlah pengunjung, durasi kunjungan, dan peringkat di mesin pencari.
Beberapa alat yang dapat digunakan untuk analisis ini adalah Google Analytics untuk melihat jumlah pengunjung dan perilaku mereka, Google Search Console untuk mengecek performa kata kunci, serta Ahrefs atau Semrush untuk memantau peringkat pencarian dan backlink.
Engagement adalah salah satu indikator utama dalam mengukur keberhasilan content pillar, terutama di media sosial. Konten yang menarik dan relevan akan mendapatkan lebih banyak interaksi dari audiens. Beberapa metrik yang perlu diperhatikan adalah jumlah likes, shares, comments, serta tingkat keterlibatan dalam diskusi atau polling yang dilakukan.
Beberapa alat yang dapat digunakan untuk mengukur engagement adalah Instagram Insights, Facebook Insights, Twitter Analytics, serta YouTube Studio atau TikTok Analytics. Jika engagement masih rendah, mungkin perlu mengeksplorasi format yang lebih interaktif seperti tanya-jawab atau storytelling yang lebih menarik.
Bagi bisnis atau brand, konten yang dibuat harus berdampak pada peningkatan penjualan atau perolehan leads. Beberapa indikator yang bisa digunakan untuk mengukur konversi meliputi jumlah pelanggan yang mendaftar ke newsletter, jumlah unduhan e-book, atau formulir kontak yang diisi.
Alat yang dapat membantu dalam analisis ini termasuk Google Analytics untuk tracking CTA dan konversi, Meta Ads Manager untuk melihat performa konten organik vs berbayar, serta CRM tools seperti HubSpot atau Zoho untuk mengelola leads. Jika engagement tinggi tetapi konversi rendah, perlu ditinjau kembali apakah CTA sudah cukup jelas dan menarik bagi audiens.
Keberhasilan content pillar juga bergantung pada seberapa konsisten konten tersebut diproduksi dan apakah ada keseimbangan antara berbagai kategori konten. Beberapa hal yang dapat dievaluasi adalah frekuensi posting, keseimbangan antara konten edukatif dan promosi, serta variasi format yang digunakan.
Beberapa alat yang dapat membantu dalam perencanaan dan monitoring konten antara lain Trello, Notion, atau Asana untuk mengatur jadwal posting, serta Meta Business Suite atau Hootsuite untuk menjadwalkan dan memantau performa konten.
Selain data statistik, umpan balik langsung dari audiens juga menjadi indikator penting dalam mengukur keberhasilan content pillar. Hal ini bisa dilakukan melalui polling di media sosial, sesi tanya-jawab, serta analisis komentar atau pesan dari audiens.
Melihat respons negatif atau pertanyaan yang sering muncul dapat membantu dalam mengidentifikasi apa yang perlu diperbaiki atau dikembangkan dalam strategi konten. Evaluasi secara berkala dan penyesuaian strategi berdasarkan masukan dari audiens dapat meningkatkan efektivitas content pillar dalam jangka panjang.
Content pillar bukan sekadar daftar topik, tetapi fondasi utama yang memastikan strategi konten tetap terarah, konsisten, dan relevan dengan audiens. Dengan memahami konsep ini, bisnis dan kreator dapat menyusun konten yang lebih efektif, meningkatkan engagement, serta mengoptimalkan SEO. Langkah-langkah seperti mengenali audiens, melakukan riset tren, memilih pilar yang tepat, serta mengukur keberhasilannya melalui data yang jelas akan membantu menciptakan strategi konten yang lebih berdampak.
Jika Anda ingin strategi konten yang lebih terarah dan optimal, saatnya menerapkan content pillar dengan cara yang benar. Masih bingung bagaimana mengatur strategi konten untuk brand Anda? Kunjungi Rinku.id untuk mendapatkan insight terbaru dan solusi terbaik dalam mengembangkan konten yang efektif dan relevan dengan audiens.